Senin, 24 April 2017



                                                            MAKALAH
RIBA
DisusununtukMemenuhiTugasMatakuliah Tela’ah Bahasa Arab
Dosen pengampu BapakAhmad Zayyadus Zabidi



STAIN_B_W


Disusun oleh:
Sofwan Hasbi
Moh. Jufri
Moh. Mulyadi
Ali Makki
Moh. Zeinuddin Fahmi

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
JURUSAN SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
TAHUN 2016


DAFTAR ISI









 



BAB 1

PENDAHULUAN


Al-qur’an dan hadits-hadits merupakan sumber penggalian tentang islam dalam kehidupan manusia, sebagai metodologi atau rumusan dalam makalah ini penulis ingin memaparkan beberapa pembahasan atau materi pokok yang berhubungan dengan Riba yakni: Ayat Al-qur’an dan artinya, makna mufrodat ,Munasabah ayat, Asbabul Nuzul, tafsir ayat tersebut, serta kandungan hukumnya.
Inilah yang  akan di uraikan oleh penulis satu persatu demi menambah serta memahami ayat-ayat yang sangat berhubungan dengan tema pembahasan yakni Riba.



















BAB II

PEMBAHASAN

a)      Pengertian Riba
Riba menurut bahasa adalah Tambahan. Sedangkan Riba menurut syarakadalah sebagai berikut:
الربى فى الثرع هو فضل خا ل عن عواض ثرط لأحدالعا قدين  الجرجان
Riba ialah kelebihan atau tambahan bayaran tanpa ada ganti atau imbalan, yang disyaratkan bagi salah seorang dari dua orang yang mengadakan akad (transaksi). Al-jurjani[1]
b)      Macam-macam Riba
Ibnu Qayyim membagi Riba dalam dua macam, yaitu Riba nasi’ah dan Riba fadli
                                i.            Riba Nasi’ah
Riba Nasi’ah  adalah Riba yang terjadi karena adanya tambahan pembayaran hutang. Riba Nasi’ah jelas haram kecuali dalam keadaan terpaksa.
                              ii.            Riba Fadli
Riba Fadli atau riba yang samar yaitu Riba yang terjadi karena adanya tambahan dalam jual beli barang yang sejenis. Riba Fadli diharamkan karena untuk mencegah timbulnya Riba Nasi’ah.[2]


يآ ايهاالذين امنوا لا تأ كلوا الربا أضعافا مضاعفة واتقواالله لعلكم تفلحون
 (آلعمران : ١٣٠)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.[3]


يآ                 : wahai
أيهآ               :orang-orang
الذين             :yang
آمنوا             :beriman
لا                 :jangan
تأكلوا            :memakan
الربا              :riba
أضعافا          :berlipat
مضاعفة        :berlipat ganda
و                 :dan
اتقوالله           :bertaqwalah kamu (kepada allah)
لعلكم             :supaya kamu
تفلحون          :mendapat keberuntungan

Dalam hadits ditegaskan tentang Riba sebagai berikut.

عن جابر قال:لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم:اكل الربا ومؤ كله وكاتبه وشا هديه وقال هم سواء. رواه مسلم
dari Jabir, berkata.”Rasulullah SAW melaknat orang-orang yang memakan riba, yang memberikan riba, yang menjadi juru tulisnya, dan yang menjadi saksinya” dan ia berkata, “Mereka itu sama saja” (H.R. Muslim: 2995).[4]

Ayat  ini adalah sebuah perintah Allah yang berupa larangan bagi seluruh manusia. Di dalam Ushul Fiqh larangan terhadap sesuatu berarti perintah untuk menjauhi atau meninggalkan pekerjaan tersebut. Dalam hal ini perintah untuk menjauhi Riba berarti perintah untuk berhenti melakukan kembali bagi orang yang sudah pernah mengerjakan Riba dan menjauhi bagi orang-orang yang sama sekali belom pernah melakukan Riba.
Oleh karena itu, hukumnya bagi orang-orang yang mengerjakan hal apapun yang dilarang oleh Allah itu hukumnya Haram dan Berdosa.[5]
Menurut Mujahit, orang arab sangat terbiasan melakukan jual beli dengan jangka waktu yang lama (kredit). Jika waktu pembayaran sudah tiba, orang arab pun ingkar terhadap kesepakatan pembayarannya dan tidak mau membayar. Dengan demikian, bertambah besar bunganya, dan jangka waktu pembayarannya juga semakin panjang. Atas kejadian tersebut lalu Allah menurunkan ayat tersebut (HR. Faryabi).[6]
Di dalam surat Ali-Imron ayat 130 ini ahli tafsir menjelaskan bahwa lafat يأيها الذين آمنوا  ini yang dimaksud adalah kaum Syakif atau golongan manusia dari Bani Syakif, kemudian lafadz لاتأكلوا الربآاضعافا  ini yang dimaksud adalah di dalam harta Dirham yang berlebihan, dan disusul lagi lafadz sebagai penguat yaitu مضاعفة  maksudnya adalah الاجل   misi atau tujuan, kemudian dilanjutkan lagi dengan kata واتقوالله  takutlah kamu semua orang-orang iman hanya kepada Allah di dalam memakan sesuatu yang mengandung Riba. Dan lafadz yang terakhir adalah لعلكم تفلحون  ini dengan maksud supaya kamu semua mendapatkan keselamatan dari murka siksaan Allah bagi yang tidak mengerjakan Riba.[7]

Selain hukumnya Haram dan berdosa jika dikerjakan, Melakukan perbuatan yang disebut Riba itu juga sangat berhubungan dengan Hukum dan perundang-undangan negara.
Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 46 ayat 1 UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan, merumuskan sebagai berikut “ barang siapa menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan tanpa izin dari pimpinan Bank Indonesia sebagai mana yang dimaksudkan dalam Pasal 16 diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 5 Tahun dan paling lama 15 Tahun serta denda sekurang-kurangnya 10 Miliyar dan paling banyak 200 Miliyar.
Dalam firman Allah juga ditegaskan dalam Al-Qur’an Al-Baqarah Ayat 75 sebagai berikut:
ذلك بأنهم قالواانماالبيع مثل الربا واحل الله البيع وحرم الربا
“Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan Riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan Riba.”
Maksudnya, mereka membolehkan Riba dimaksudkan untuk menentang hukum-hukum Allah yang terdapat dalam Syari’atnya.[8]






 





BAB III

Kesimpulan


Riba menurut bahasa adalah Tambahan. Sedangkan Riba menurut syarakadalah sebagai berikut:
الربى فى الثرع هو فضل خا ل عن عواض ثرط لأحدالعا قدين  الجرجان
Riba ialah kelebihan atau tambahan bayaran tanpa ada ganti atau imbalan, yang disyaratkan bagi salah seorang dari dua orang yang mengadakan akad (transaksi). Al-jurjani
Dalam ayat Al-Qur’an yang telah diutarakan diatas para ulama’ mentafsiri ayat Al-Qur’an di atas terdapat berbagai pemahaman yang berbeda-beda.




















DAFTAR PUSTAKA


·         Departemen agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(jakarta: J-ART, 2005).
·         Bik, Muhammad Hudri. Ushul Fiqh, Beirut: Dar Al-Fikr. 1988.
·         Departemen agama RI, Al-Qur’an Tafsir perkata Tajwid,(Kalim, Pondok Permai, Banten, TTh)
·         Zadi, Ibn Thohir bin Ya’kub Al-Fauruzi. Tanwirul Al-miqba’as Min Tafsir Ibn Abbas, Dar Al-fikr, TTh.
·         http://catatanislam.com /pembahasan mengenai hukum Riba dalam surat Al-Baqarah ayat 275-277.
·         Darsono, Ibrahim. menerapkan fiqih TK,TP, 2009.



[1]Ibrahim, darsono, menerapkan fiqih (TK: TP, 2009), hlm. 33.
[2]Ibid, Hlm. 35.
[3]Departemen agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(jakarta: J-ART, 2005), Hlm.67.
[4]Ibrahim, darsono, menerapkan fiqih (TK: TP, 2009), hlm. 34.
[5]Muhammad Hudri Bik. Ushul Fiqh. (Beirut: Dar Al-Fikr. 1988), Hlm.199.
[6]Departemen agama RI, Al-Qur’an Tafsir perkata Tajwid,(Kalim, Pondok Permai, Banten, TTh), Hlm.48.
[7] Ibn Thohir bin Ya’kub Al-Fauruzi Zadi, Tanwirul Al Miqba’as Min Tafsirr Ibnu Abbas, (Dar Al-Fikr, TK, TTh), Hlm.56.
[8]http://catatanislam.com /pembahasan mengenai hukum Riba dalam surat Al-Baqarah ayat 275-277.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar