BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di kalangan masyarakat Arab, India
dikenal sebagai Sind atau Hindu. Sebelum kedatangan Islam, India telah
mempunyai hubungan perdagangan dengan masyarakat Arab. Pada saat Islam hadir,
hubungan perdagangan antara India dan Arab masih diteruskan. Akhirnya India pun
perlahan-lahan bersentuhan dengan agama Islam. India yang sebelumnya
berperadaban Hindu, sekarang semakin kaya dengan peradaban yang dipengaruhi
Islam.
Kerajaan Mughal merupakan salah satu
warisan peradaban Islam di India. Keberadaan kerajaan ini telah menjadi
motivasi kebangkitan baru bagi peradaban tua di anak benua India yang nyaris
tenggelam. Sebagaimana diketahui, India adalah suatu wilayah tempat tumbuh dan
berkembangnya peradaban Hindu. Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan
India dengan peradaban Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali muncul.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana masuknya
islam ke India ?
2.
Bagaimana Dinasti Islam India sebelum Pendirian Dinasti
Mughal ?
3.
Bagaimana asal usul Dinasti
Mughal ?
4. Bagaimana masa perkembangan, kemajuan dan kemunduran
Dinasti Mughal ?
5.
Bagaimana sumbangsih
pemikiran Muhammad Iqbal dan Al Maududi?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan Utama dari makalah ini adalah untuk
menganalisis masuknya islam di India mulai dari titik awal penyebaran hingga
perkembangannya dalam proses islamisasi di India dan sekitarnya. Tujuan
Khususnya yaitu untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masuknya
Islam ke Benua India
Dalam tulisan Teuku May
Rudy, digambarkan bahwa ‘‘Anak Benua India’’, sebelum terpecah
menjadi India, Pakistan dan Bangladesh adalah sebuah wilayah yang terletak di
kawasan Asia Selatan yang mencakup luas kira-kira 2.075 mil dari utara ke
selatan dan 2.120 mil dari Timur ke Barat. Di sebelah utara berbatasan dengan wilayah
tibet (Cina) dan Afghanistan. Sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan
laut (Samudera Indonesia), di sebelah timur berbatasan dengan Burma dan sebelah
barat berbatasan dengan Persia (Iran). Perekonomian mereka berdasarkan pada
kombinasi antara penanaman padi-padian di ladang yang berpetak yang kebanyakan
teririgasi dan di bajak dengan menggunakan sapi jantan, serta pembiakan lembu
jantan, kerbau, domba, kambing, dan keledai.
Gambaran
umum tentang masyarakat india saat islam memasuki wilayah ini, menunjukkan
indikasi yang sangat sulit bagi proses islamisasi. Ini menunjukkan bahwa betapa
kuatnya pengaruh dan dominasi kultural yang telah dibentuk oleh pendahulu dan
penguasanya dalam menciptakan ideology keagamaan dan sentiment kulturalnya.
Seperti diketahui bahwa sejak tahun 600 SM, ajaran agama hindu dengan
aturan-aturan kastanya sudah banyak digunaakan ditengah massyarakat india. Ini
mengandung arti bahwa sejak masa itu keyakinan hindu sudah dianut oleh banyak
orang.
Fakta
sejarah menunjukkan sebelum islam masuk sekitar tahun 6000-5000 S.M, bangsa
Dravida berdatangan dari asia barat ke india dengan membawa kepercayaan
terhadap tuhan secara abstrak. Pada abad ke 6 SM, bangsa Aria dari Persia juga
berdatangan yang kemudian menguasai Punjab dan benarus (india utara) dengan
membawa kepercayaan mereka tentang adanya tuhan secara nyaata. Pada tahun 599
SM, lahirlah mahawir yang memelopori lahirnya agama lain pada tahun 557 SM,
lahir pula sidharta Gautama Budha di kafilabastu di kaki gunung Himalaya dan
menjadi pelopor lahirnya agama budha.
Ketika
islam mulai memasuki wilayah India, baik pada periode pertama masa umayyah
maupun abbasiyah, karakteristik social, budaya, politik dan agama masih menunjukkan
hal yang sama. Setiap daerah memiliki tokoh yang memegang otoritas wilayah
dengan segenap wewenangnya. Perlahan
tapi pasti, islam menjadi agama yng banyak dianut oleh para penduduk india.
Islam masuk pertama kali ke india pada abad ke 7 M yakni saat terjadinya
penyerangan yang dipimpin oleh Muhammad Ibnu Qasim ke sind. Kendati pun begitu,
pembentukan pemerintahan islam yang sebenarnya baru terjadi dan dimulai pada
abad ke 10 M oleh dinasti Gaznawiyah yang berasal dari asia tengah. Dinasti ini
berhasil membangun ibu kota pemerintahannya di Lahore pada tahun 1021, lalu
ekspensi muslim ke Timur menyebabkan berdirinya kesultanan Delhi dan sumatera
pada abad ke 8 M. dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perluasan wilayah
islam yang terus menerus dari pemeritahan islam. Akibatnya, perkembangan
kebudayaan islam pun mencapai puncaknya pada massa dinasti Mughal sehingga
masyarakat muslim mendominasi wilayah india utara, seperti sind, Balukisran,
Punjab, Provinsi perbatasan barat laut yang sekarang menjadi bagian Negara
Pakistan.[1]
B.
Dinasti Islam India sebelum Pendirian Dinasti
Mughal
Sejak
zaman nabi SAW, India telah memiliki sejumlah pelabuhan sehingga terjadi
interaksi antara India dengan nabi SAW. Oleh karena itu, dagang dan dakwah
menyatu dalam satu kegiatan sehingga raja Kadangalur, Cheraman Perumal, memeluk
agama islam dan mengganti namanya menjadi Tajuddin, dan ia sempat bertemu
dengan nabi SAW. Pada zaman Umar Bin Khattab, Mughirah berusaha menaklukkan
sind, tapi usahanya gagal (643-644 M). Pada zaman Utsman Bin Affan dan Ali Bin
Abi Thalib, dikirim utusan untuk mempelajari adat istiadat dan jalan-jalan
menuju India. Pada zaman Muawwiyah I, Muhammad Bin Qasim berhasil menaklukkan
dan diangkat menjadi amir sind dan Punjab. Kepemimpinan di sind dan Punjab di
pegang Muhammad bin Qasim setelah ia berhassil memadamkan
perampokkan-perampokkan terhadap umat islam disana. Karena pertikaian internal
(antara Al hajjaj dan Sulaiman), dinasti ini melemahkan dan ketika dalam
keadaan lemah, dinasti ini ditaklukkan oleh dinasti Gazni.
Pada zaman al ma’mun (khalifah dinasti bani
abbas), diangkat sejumlah amir untuk memimpin daerah-daerah. Diantara yang
dipercaya untuk menjadi amir adalah Asad Bin Saman untuk daerah Transoxiana. Ia
diangkat menjadi amir setelah berhasil membantu khalifah Bani Abbas dalam
menaklukkan Dinasti Safawi yang berpusat di Khurasan.
Dinasti
Samani (874-999 M) mengangkat Alpitigin menjadi amir di khurasan. Alpitigin
kemudian diganti oleh anaknya, Ishak. Ishak dikudeta oleh Balkatigin menguasai
gazna dan kemudian mendirikan dinasti Ghaznawi (963-1191 M).
Dinasti
Ghaznawi ditaklukkan oleh dinasti ghuri (1191 M). setelah meninggal, Muhammad
Ghuri diganti oleh panglimanya, Quthbuddin Aibek (karena Muhammad Ghuri tidak
memilii anak laki-laki). Quthbuthin Aibek budak yang sudah dibebaskan oleh
Muhammad Ghuri menjadi sulthan sejak tahun 1206 M. Sejak itu berdirilah
kesultanan Delhi. Kesultanan Delhi terdiri atas: a) Dinasti Mamluk di Delhi
(1206-1290 M), b) Dinasti Khalji (1290-1320 M), c) Dinasti Tughluq (1320-1414
M), d) Dinasti Sayyid (1414-1451 M), dan e) Dinasti Lodi (1451-1526 M).[2]
Pada masa Khulafaur Rasyidin,
beberapa ekspedisi ke India melaui laut. Invasi melalui laut ke India tidak
berhasil, karena tentara Arab kurang ahli di laut. Invasi melalui laut
selanjutnya dilarang oleh Umar Ibn Khattab.[3] Kemudian pada tahun
643-644 M, di bawah pimpinan Abdullah bin Amar Rabbi berhasil menguasai Kirman,
Sizistan sampai ke Mekran untuk menyiarkan Islam dan memperluas daerah
kekuasaan Islam.
Ekspansi Muslim ke India bermula pada keberhasilan
penaklukan bangsa Arab atas wilayah Sind di bawah pimpinan Muhammad Ibn Qasim
pada tahun 711 M. Islam tersebar semakin luas di India oleh invasi Ghaznawi,
khususnya pada masa kepemimpinan Mahmud Ghaznawi 1030 M. Awal
kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa Khalifah Al-Walid I, dari
dinasti Bani Umayyah. Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani
Umayyah di bawah pimpinan Muhammad Ibn Qasim.
Kaum Muslimin mengenal Daerah ini dengan sebutan Sind sejak tahun 711 M.
Ketika panglima Umayyah, Muhammad bin Qasim menyerbu wilayah ini . selama tiga
tahun pemerintahan Umayyah, periode Khalifah Al-Walid I menduduki daerah ini,
tepatnya daerah Indus bawah.[4]
C.
Asal Usul Dinasti
Mughal
Kerajaan mughal berdiri
seperempat abad sesudah berdirinya Kerajaan Syafawi. Jadi diantara tiga
kerajaan besar Islam tersebut kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan Mughal
bukanlah kerajaan Islam pertama di anak Benua India. Awal kekuasaan Islam di
wilayah India terjadi pada masa Khalifah Al-Walid, dari Dinasti Bani Umayyah.
Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayah di bawah pimpinan
Muhammad ibn Qasim.[5]
Ibrahim Lodi (cucu sulthan Lodi), sultan Delhi
terakhir, memenjarakan sejumlah bangsawan yang menentangnya. Hal ini memicu
pertempuran antara Ibrahim Lodi dengan Zahiruddin Babur (cucu Timur Lenk) di
Panipadz (1526). Ibrahim Lodi terbunuh dan kekuasaannya berpindah ke tangan
Zahiruddin Babur. Sejak itulah berdiri Dinasti Mughal (1526-1857) di India, dan
Delhi dijadikan ibu kota.[6]
Shir Shah Suri (1540-1555 M). Tokoh ini mampu berkuasa
di Delhi karena dapat mengalahkan Humayun (putra Babur) dalam pertemuran di
Kanawj pada 1540 M. Shir Shah Suri adalah figur raja yang cakap dalam
memerintah. Dalam kaitan dengan land-reform, Sultan Shir Shah Suri
mengorganisirkan parganas (semacam desa-desa) sebagai satuan-satuan
administratif dan mengangkat Amin bertanggung jawab menangani soal
pengumpulan pajak/penaksiran penghasilan dan tugas-tugas perdata. Sementara Shiqdar
mempunyai fungsi dan kekuasaan kepolisian (mengurusi soal-soal pidana).
Sayangnya para
penerus Shir Shah Suri merupakan figur raja-raja yang lemah, sehingga Humayun
dari Dinasti Mughal mampu melakukan revanche (pembalasan) yang berakibat
ambruknya kekuasaan Dinasti Suri dan mulailah masa imperium Mughal yang agung.
D.
Era
Mughal
di India.
1. Pemerintahan Zahinuddin Babur (1526-1530).
Secara umum babur dari pendapat
sejarawan dapat dikatakan bahwa Babur adalah pendiri dinasti Mughal. Babur
adalah seorang Turki Chagahai yang masih memiliki hubungan darah atau keturunan
Timur Lenk. Pada tahun 1500, Babur menjadi penguasa Farghanah yaitu
menggantikan Ayahnya Umar mirza bin Abu Said.
Babur memiliki keinginan besar
menguasai seluruh wilayah Asia tengah, namun sempat terhalang oleh kekuasaan
Syaibani di Uzbekistan, bahkan pada tahun 1504 ia sempat kehilangan Farghanah.
Itulah sebabnya ia kemudian menguasai Kabul. Sebagai kompensasi atas
kegagalannya menguasai tanah airnya sendiri, ia menerima tawaran dari sebuah kelompok
yang tidak puas terhadap Ibrahim Lodi. Sehingga pada pertempuran Panipath
(1525), ia memperoleh kemenangan atas Ibrahim Lodi dan berhasil merebut Delhi.
Setelah berkuasa di wilayah Delhi,
kemenangan demi kemenangan ekspansi didapatkan oleh pasukan Babur. Selanjutnya
pasukan Babur dapat menguasai Gogra dan Bihar dari tangan Mahmud Lodi (saudara
Ibrahim Lodi) pada 1529. Babur meninggal dunia pada tahun 1530. Konon Babur
kurang menyukai India dan sering rindu kampung halamannya.[7]
2.
Pemerintahan Humayun
Humayun memerintah tahun
1530-1539 M dan 1555-1556 M. Periode pemerintahannya banyak diwarnai kerusuhan
dan berbagai pemberontakan. Pada tahun 1539 M Sher Khan Suri menginvasi
pemerintahan Humayun di Delhi. Pasukan Humayun hancur dan Negara dalam kondisi
tak menentu sedangkan Humayun barhasil meloloskan diri dan diterima baik oleh
sultan Syafawi, Shah Tahmasph.yang kemudian membantu memberinya pasukan militer
sebanyak 12.000 dan kemudian terkumpul menjadi 14.000 orang. Humayun mencoba
kembali merebut kekuasaannya di Delhi.
Pada tahun 1555 M ia menyerbu Delhi yang saat itu
diperintah Sikandar Sur. Akhirnya ia bisa memasuki kota ini dan ia bisa
memerintah kembali sampai tahun 1556 M . pada tahun 1556 M, ia meninggal dunia
dan digantikan oleh putranya yang bernama Jalaludin Muhammad Akbar.
3.
Pemerintahan Akbar
Ia adalah sultan yang sangat terkenal dari dinasti
ini, dan ialah yang sebenarnya menciptakan system kerajaan. Sultan Akbar
terkenal dengan gagasan-gagasannya yang sangat radikal dan liberal baik dalam
aspek sosial maupun pemikiran keagamaan. Masa pemerintahannya cukup berhasil
dan sangat stabil bahkan wilayah-wilayah kekuasaannya semakin luas. Dasar-dasar
kebijakan sosialnya dengan politik sulakhul (toleransi universal). Dengan cara
ini, semua rakyat dipandang sama, meraka tidak dibedakan sama sekali oleh
ketentuan agama atau lapisan sosial.
Inilah periode yang benar-benar sinkretik membumi di
India, suatu usaha pemerintahan islam untuk bisa diterima di kalangan rakyat
India. Sultan Akbar ingin menembus batas-batas terdalam tradisi Hinduistik dan
agama-agama lain di India. Ia meninggal pada tahun 1605 M setelah menderita
sakit yang cukup parah karena kawan-kawan dekatnya dibunuh oleh anaknya
Jahangir, mungkin disebabkan adanya rasa cemburu yang terlalu banyak sehingga
memengaruhi ayahnya.
4.
Pemerintahan Jahangir
Periode Jahangir (1605-1627M) adalah masa-masa stabil.
Ia memerintah didasarkan pada pandaangan yang pragmatis dalam melihat sebuah
fungsi kepemimpinan. Menurutnya kedaulatan raja adalah pemberian Tuhan. Dengan
demikian, tidak begitu penting menjalankan hukum Tuhan (syariah). Yang
diperlukan adalah bagaimanamemelihara kelestarian kehidupan duniawi ini, dan
Tuhan memilih seorang pemimpin itu.
Ia menerapkan hukum islam hanya sebatas pada lembaga
pengadilan saja seperti pada masa ayahnya, Akbar. Dalam kasus umum, hukum islam
hanya berlaku bagi umat islam, sedangkan hukum kriminal berlaku bagi
seluruhnya. Jahangir adalah sultan yang toleran dan sekuler serta punya
kebijakan-kebijakan politik yang liberal, seperti yang di teladani dari
ayahnya.
5. Pemerintahan Syeh Jehan
Pada periode ini kondisi Negara benar-benar stabil dan
mengalami puncak keemasan yang luar biasa diantara kesultanan mughal, kecuali
pada pemerintahan Akbar dan setelah syekh Jehan, Aurangseb. Pada periode ini
dikembangkan kembali penaklukkan wilayah sampai pada batas-batas India seperti
Kandahar, Balkh, Badakhsan dan Samarkhand. Kesan-kesan keberhasilannya diwarnai
dengan suksesnya menata politik kenegaraannya.
Faktor-faktor yang mendorong puncak kemajuannya adalah
sebagai berikut:
a. Syeh Jehan adalah seorang terpelajar, ia memiliki
bakat kepemimpinan dan memiliki jiwa intelektual dan seni.
b. Kondisi sosial politik sangat stabil, mewakili
kondisi yang sebelumnya.
c. Memberikan penghargaan yang luar biasa kepada para
ilmuwan dan ahli seni dan bangunan.
Pada periode Syeh Jehan terutama pada akhir
kekuasaannya ada dua kebijakan yang secara keseluruhan dimainkan oleh kedua
putranya, Darsyikuh dan Aurangseb, Darsyikuh lebih berpikiran universal yakni
lebih banyak menggunakan hukum-hukum hindu sedangkan Aurangseb lebih menekankan
tradisi keislaman. Dan pada akhirnya Darsyikuh dibunuhn oleh Aurangseb dan
ayahnya, sedangkan Syeh Jehan dipenjarakan. Ia mewarisi kesultanan pada tahun
1658 M.
6.
Pemerintahan Aurangzeb
Sepanjang masa pemerintahannya antara tahun 1658-1707
M, politik dan agama. Dalam penaklukan wilayah-wilayah baru keberhasilannya
sangat luar biasa. Dibandingkan sultan akbar yang menguasai wilayah baru
sebanyak 15 daerah, Aurangzeb bisa mencapai 21 daerah baru: 14 daerah di india
utara dan 6 di daerah dekkan dan satu buiah di Afghanistan.
Ia menerapkan nilai-nilai syariah yang ketat pada
pemerintahannya yang pada periode-periode sebelumnya kurang begitu diperhatikan
bahkan diabaikan sama sekali. Semangat politik islamnya didasarkan pada Alquran
dan Sunnah serta dukungan para ulama’ sangat kuat, tetapi dilain pihak membuat
kecemburuan. Kaum muslimin menganggap ia sebagai waliullah karena pembelaanya
pada nilai-nilai syariah. Hal ini menjadi dukungan spiritual politik yang luar
biasa. Sebaliknya, orang yang hindu fanatik menganggap ia sebagai pemimpin yang
zalim walaupun masih banyak pula kelompok non-muslim yang memberi dukungan
karena keadilannya.[8]
E.
Kemajuan
Yang Dicapai Dinasti
Mughal
Kemajuan yang dicapai pada masa dinasti Mughal
merupakan sumbangan yang berarti dalam mensyiarkan dan membangun peradaban
Islam di India. Kemajuan-kemajuan tersebut antara lain:
1. Bidang Politik dan
Sosial
Akbar Khan menjalankan pemerintahan bersifat Militeristik.
Pemerintah pusat dipimpin oleh raja, pemerintah daerah dipimpin oleh kepala
komandan (sipah salat), dan pemerintah sub daerah dipimpin oleh komandan
(faudjat). Akbar menerapkan system politik Sulh e-kul (toleransi universal),
yaitu pandangan yang menyatakan bahwa derajat semua penduduk adalah sama. Akbar
pun membentuk Din Ilahi dan Akbar juga mendirikan Mansabadhari (lembaga
pelayanan umum) yang berkewajiban menyiapkan segala urusan kerajaan, termasuk
menyiapkan sejumlah pasukan.[9]
Dimasa
Akbar kerajaan tidak dijalankan dengan kekerasan, ia banyak menyatu dengan
rayat, bahkan rakyat dari berbagai agama tidak dipandangnya sebagai orang
lain dan dirinya pun dibuatnya menjadi orang Hindustan sejati. Dalam urusan
pemerintahan, dia menyusun pentadbiran secara teratur yang jarang taranya,
sehingga Inggris satu setengah abad kemudian setelah menaklukkan India, tidak
dapat memilih jalan lain, hanya meneruskan administrasi sultan Akbar.
Disamping itu, pemerintahan
tidak dipegangnya sendiri, tetapi diadakannya menteri-menteri. Kepada pemungut
pajak diperintahkan dengan keras agar tidak memungut pajak dengan memaksa dan
memeras. Didalam persoalan agama, beliau sangat toleran bagi orang yang
beragama Hindu dihormati oleh akbar dan tidak dipaksa untuk memeluk agama
islam. Dengan demikian, akbar adalah seorang reforman kerajaan Mughal yang
telah menata pemerintahan dengan system yang lebih baik dibanding dengan
kerajaan-kerajaan sebelumnya. Dibidang agama, dia adalah sebagai tokoh moderat
yang memberikan kebebasan kepada pemeluknya untuk melaksanakan ibadah sesuai
dengan keyakinannya massing-masing.[10]
2.
Bidang Ekonomi.
Perekonomian kerajaan Mughal tertumpu pada bidang
agrari, mengingat keadaan Geografi dan Geologi wilayah India. Hasil pertanian kerajaan
Mughal yang terpenting ketika itu adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu,
sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas,
nila, dan bahan-bahan celupan.
Di samping untuk kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian
itu diekspor ke Eropa, Afrika, Arabia, dan Asia Tenggara bersamaan dengan hasil
kerajinan, seperti pakaian tenun dan kain tipis bahan gordiyn yang banyak
diproduksi di Gujarat dan Bengawan. Untuk meningkatkan produksi, Jehangir
mengizinkan Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M) mendirikan pabrik pengolahan
hasil pertanian di Surat.[11]
3. Bidang Seni dan
Arsitektur
Karya seni yang paling menonjol adalah karya sastra
gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun bahasa India. Penyair
India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayadi seorang satrawan sufi yang
menghasilkan karya besar yang berjudul padmavat, sebuah karya alegoris yang
mengandung pesan kebajikan jiwa manusia. Karya seni yang dapat dinikmati seka
rang merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah
karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa Akbar dibangun
istana Fatpur disikri, vila dan masjid yang indah. Pada zaman Syah Jehan,
dibangun masjid berlapiskan mutiara dan taj mahal di Aqra, masjid raya Delhi di
istana indah, Lahore.
Gedung-gedung sejarah yang ditinggalkan peri ode ini (abad 17) adalah taj mahal di Aqra, benteng
merah, jama masjid, istana-istana, dan gedung-gedung pemerintahan di Delhi.
Sultan-sultan Mughal juga mendirikan makam-makam yang indah.[12]
Pada tahun 1631 M, Syah
Jehan membangun Taj Mahal untuk mengenang istrinya itu. Bangunan Taj
Mahal adalah puncak dari arsitektur imperium Mughal, semua bahan tersebut
terbuat dari batu marmer, sangat indah dan monumental. Bangunan yang berfungsi
sebagai makam (simbolik) ini terletak di kota Agra.
4. Bidang Ilmu Pengetahuan
Dinasti Mughal juga banyak memberikan sumbangan dibidang di
bidang ilmu pengetahuan. Sejak berdiri, banyak ilmuwan yang dating ke India
untuk menuntut ilmu pengetahuan. Bahkan istana Mughal pun menjadi pusat
kegiatan kebudayaan. Hal ini karena adanya dukungan dari penguasa dan bangsawan
serta ulama. Aurangzeb misalnya, memberikan sejumlah besar uang dan tanah untuk
membangun pusat pendidikan di Lucknow.
Di tiap-tiap masjid memiliki lembaga ingkat dasar yang
dikelola oleh seorang guru. Pada masa Syah Jehan didirikan sebuah pergurua
tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintah dipegang oleh
Aurangzeb. Dibidang ilmu agama berhasil dikodifikasika hokum islam yang dikenal
dengan sebutan Fatwa-I-Alamgri.[13]
F. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Mughal
Bahadur Syah menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima
tahun kemudian terjadi perebutan antara putra-putra Bahadur Syah. Jehandar
dimenangkan dalam persaingan tersebut dan sekaligus dinobatkan sebagai raja
Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar adalah yang paling lemah
di antara putra Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh Muhammad Fahrukh Siyar,
keponakannya sendiri. Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1713, Fahrukh
Siyar keluar sebagai pemenang. Ia menduduki tahta kerajaan sampai pada tahun 1719
M. Sang raja meninggal terbunuh oleh komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid
Hasan Ali. Keduanya kemudian mengangkat Muhammad Syah (1719-1748). Ia kemudian
dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadzir Syah. Tampilnya
sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan kekuasaan ini
selain memperlemah kerajaan juga membuat pemerintahan pusat tidak terurus
secara baik. akibatnya pemerintahan daerah berupaya untuk melepaskan loyalitas
dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat.
Pada masa pemerintahan Syah Alam (1760-1806) Kerajaan
Mughal diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani.
Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam
kekuasaan Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan
sebagai sultan.
Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam, memberikan
konsesi kepada EIC untuk mengembangkan perdagangan di India sebagaimana yang
diinginkan oleh pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak perusahaan Inggris
harus menjamin penghidupan raja dan keluarga istana. Kehadiran EIC menjadi awal
masuknya pengaruh Inggris di India.
Bahadur Syah (1837-1858) pengganti Akbar II menentang
isi perjanjian yang telah disepakati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik
antara Bahadur Syah dengan pihak Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan
Mughal diusir dari istana pada tahun (1885 M). Dengan demikian berakhirlah
kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India.
Demikianlah, setelah Aurangzeb (1707), tahta kerajaan
diduduki raja-raja yang lemah. Sementara itu dipertengahan abad ke-18, Inggris
sudah mulai menancapkan kukunya di India. Pada 1761 Inggris menguasai sebagian
wilayah kerajaan. Pada 1803 Delhi dikuasai dan penguasa Mughal berada di bawah
pengaruh Inggris. Pada 1857 penguasa Mughal mencoba membebaskan diri dari
penjajahan Inggris, tetapi ia dapat dikalahkan. Pada 1858, Bahadur II, raja
Mughal yang terakhir itu diusir Inggris dari istananya.
Kelemahan Mughal menjadi sebab makin leluasanya
Inggris memperluas wilayah jajahan. Pada masa pemerintahan Akbar II terjadi
konsesi antara Mughal dan EIC. Inggirs bebas mengembangkan usahanya dan sebagai
imbalannya Inggris memberikan jaminan kehidupan raja dan keluarga istana. Sejak
itu kedudukan raja tak ubahnya seorang pensiunan Inggris yang tidak punya
kekuasaan sedikitpun.
Puncak kekuasaan Inggris diraih ada tahun 1857 ketika
kerajaan Mughal benar-benar jatuh dan rajanya terakhir, Bahadur Syah diusir ke
Rangun (1858). Inggris juga berusaha menguasai Afghanistan (1879) dan
kesultanan Muslim Balucistan juga ditaklukan (1899). Dengan demikian,
imperialisme Inggris telah merata di seluruh anak benua India.
Banyak faktor penyebab kemunduran dan kehancurannya,
antara lain:
1.
Perebutan kekuasaan
antara keluarga. Hampir semua keturunan Babur umumnya memiliki watak yang keras
dan ambisius sebagai keturunan Ttimur Lenk yang juga wataknya demikian.
2.
Pemberontakan oleh umat
hindu. Umat hindu yang mayoritas dan umat Islam yang minoritas tapi memegang
otoritas kekuasaan. Hal ini menimbulkan ketidaksenangan sebagian garis keras
orang-orang hindu kepada pemerintahan Islam. Pemberontakan-pemberontakan dari
pihak hindu beberapa kali terjadi seperti yang dipimpin oleh Hemu di Delhi dan
Agra masa Akbar I, pemberontakan yang dipimpin oleh guru Tegh Bahadur di masa Aurangzeb,
Pemberontakan di Panipat yang dipimpin oleh Raja Udaipur, dll.
3.
Serangan dari kerajaan
atau kekuatan luar. Serangan pihak luar semula dilakukan oleh Raja Safawi di
Persia, kemudian dari Afghanistan. Pangkal perselisihan antara Mughal dan
Safawi karena rebutan daerah Kandahar.
4.
Kelemahan Ekonomi.
Kemunduran politik Mughal sangat menguntungkan bangsa-bangsa Barat untuk
menguasai jalur perdagangan. Akhirnya terjadilah persaingan dagang di pantai
selatan India antara Inggris, Portugis, Belanda dan Perancis, yang dimenangkan
Inggris. Selanjutnya Inggris melalui Persyarikatan Dagang India Timur atau The
East India Company (EIC) menguasai perdagangan India.
5.
Intervensi Politik dan
Militer dari kekuatan imperialis Barat. Konflik laten antara kekuasaan Islam dengan
umat hindu dimanfaatkan oleh Barat dengan melakukan politik devide et
impera.
6.
Terjadi stagnasi dalam
pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah
pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
7.
Kemerosotan moral dan
hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam
penggunaan uang negara.
8.
Pendekatan Aurangzeb
yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan
asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan
sesudahnya
9.
Semua pewaris tahta
kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang
kepemimpinan.[14]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada
zaman Nabi SAW. Islam masuk ke India melalui perdagangan di kota-kota pesisir
pantai barat dan selatan. Pada waktu itu kondisi sosial dan politik India
sedang rapuh dengan terjadinya penindasan kaum kasta Brahmana terhadap kasta
yang lebih rendah dan orang-orang Budha juga terjadinya perebutan kekuasaan di
antara raja-raja Hindu. Hubungan politik antara Arab dan India sedang rapuh.
Dalam kondisi demikian pasukan Islam di bawah pimpinan Muhammad bin Qasim
datang membawa harapan bagi keselamatan orang-orang yang tertindas. Sejak saat
itu agama Islam tersiar di India baik melalui jalur laut dan jalur darat.
Pergerakan pasukan Islam ke India terus berlangsung sampai terbentuknya
Kerajaan Islam.
1.
Islam telah mewariskan
dan memberi pengayaan terhadap khazanah kebudayaan India. Dimana keberadaan
kerajaan ini telah menjadi motivasi kebangkitan baru bagi peradaban tua di anak
benua India yang hampir tenggelam
2.
Dengan hadirnya
Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris
tenggelam, kembali muncul.
3.
Kemajuan yang dicapai
Kerajaan Mughal telah memberi inspirasi bagi perkembangan peradaban dunia baik
politik, ekonomi, budaya dan sebagainya. Misalnya, politik toleransi
(sulakhul), system pengelolaan pajak, seni arsitektur dan sebagainya.
4.
Kerajaan Mughal telah
berhasil membentuk sebuah kosmopolitan Islam-India daripada membentuk sebuah
kultur Muslim secara eksklusif.
5.
Kemunduran suatu
peradaban tidak lepas dari lemahnya kontrol dari elit penguasa, dukungan rakyat
dan kuatnya sistem keamanan. Karena itu masuknya kekuatan asing dengan bentuk
apapun perlu diwaspadai.
B.
Saran
Dengan penjelasan yang sudah dipaparkan
diatas, saran kami adalah selaku umat muslim hendaknya meneliti sejarah-sejrah
peradaban islam terdahulu agar dapat mengokohkan kebenaran islam
DAFTAR PUSTAKA
Karim, Abdul. sejarah pemikiran dan Peradaban Islam ,Tt. Th.
Ahmed,
Akbar S. Citra Muslim Tinjauan Sejarah dan Sosiologi, terjemahan Nunding
Ram dan Ramli Yakub Jakarta : Erlangga, 1992.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997.
Yatim, Badri. Sejarah
Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007.
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam Bandung: Pustaka Setia Bandung, 2008.
Mubarak, DR. Jaih. Sejarah Peradaban Islam Bandung, Pustaka Bani Quraisy, 2004.
http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/06/peradaban-islam-pada-masa-kerajaan.html
Ratu Suntiah dan Maslani, Sejarah
Peradaban Islam Bandung, CV. Insan Mandiri, 2010.
[6] Ratu Suntiah dan Maslani, Sejarah Peradaban Islam (Bandung,
CV. Insan Mandiri, 2010) hal.145
[7] Akbar
S. Ahmed, Citra Muslim Tinjauan Sejarah dan Sosiologi, terjemahan
Nunding Ram dan Ramli Yakub (Jakarta : Erlangga, 1992), hlm. 81-82.
[11] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007), hlm.150
[14] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), hlm.160-163
Tidak ada komentar:
Posting Komentar