Senin, 24 April 2017

peradaban islam



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Di kalangan masyarakat Arab, India dikenal sebagai Sind atau Hindu. Sebelum kedatangan Islam, India telah mempunyai hubungan perdagangan dengan masyarakat Arab. Pada saat Islam hadir, hubungan perdagangan antara India dan Arab masih diteruskan. Akhirnya India pun perlahan-lahan bersentuhan dengan agama Islam. India yang sebelumnya berperadaban Hindu, sekarang semakin kaya dengan peradaban yang dipengaruhi Islam.
Kerajaan Mughal merupakan salah satu warisan peradaban Islam di India. Keberadaan kerajaan ini telah menjadi motivasi kebangkitan baru bagi peradaban tua di anak benua India yang nyaris tenggelam. Sebagaimana diketahui, India adalah suatu wilayah tempat tumbuh dan berkembangnya peradaban Hindu. Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali muncul.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana masuknya islam ke India ?
2.      Bagaimana Dinasti Islam India sebelum Pendirian Dinasti Mughal ?
3.      Bagaimana asal usul Dinasti Mughal ?
4.      Bagaimana masa perkembangan, kemajuan dan kemunduran Dinasti Mughal ?
5.      Bagaimana sumbangsih pemikiran Muhammad Iqbal dan Al Maududi?
C.    Tujuan Penulisan
Tujuan Utama dari makalah ini adalah untuk menganalisis masuknya islam di India mulai dari titik awal penyebaran hingga perkembangannya dalam proses islamisasi di India dan sekitarnya. Tujuan Khususnya yaitu untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Masuknya Islam ke Benua India
Dalam tulisan Teuku May Rudy, digambarkan bahwa ‘‘Anak Benua India’’, sebelum terpecah menjadi India, Pakistan dan Bangladesh adalah sebuah wilayah yang terletak di kawasan Asia Selatan yang mencakup luas kira-kira 2.075 mil dari utara ke selatan dan 2.120 mil dari Timur ke Barat. Di sebelah utara berbatasan dengan wilayah tibet (Cina) dan Afghanistan. Sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan laut (Samudera Indonesia), di sebelah timur berbatasan dengan Burma dan sebelah barat berbatasan dengan Persia (Iran). Perekonomian mereka berdasarkan pada kombinasi antara penanaman padi-padian di ladang yang berpetak yang kebanyakan teririgasi dan di bajak dengan menggunakan sapi jantan, serta pembiakan lembu jantan, kerbau, domba, kambing, dan keledai.
Gambaran umum tentang masyarakat india saat islam memasuki wilayah ini, menunjukkan indikasi yang sangat sulit bagi proses islamisasi. Ini menunjukkan bahwa betapa kuatnya pengaruh dan dominasi kultural yang telah dibentuk oleh pendahulu dan penguasanya dalam menciptakan ideology keagamaan dan sentiment kulturalnya. Seperti diketahui bahwa sejak tahun 600 SM, ajaran agama hindu dengan aturan-aturan kastanya sudah banyak digunaakan ditengah massyarakat india. Ini mengandung arti bahwa sejak masa itu keyakinan hindu sudah dianut oleh banyak orang.
Fakta sejarah menunjukkan sebelum islam masuk sekitar tahun 6000-5000 S.M, bangsa Dravida berdatangan dari asia barat ke india dengan membawa kepercayaan terhadap tuhan secara abstrak. Pada abad ke 6 SM, bangsa Aria dari Persia juga berdatangan yang kemudian menguasai Punjab dan benarus (india utara) dengan membawa kepercayaan mereka tentang adanya tuhan secara nyaata. Pada tahun 599 SM, lahirlah mahawir yang memelopori lahirnya agama lain pada tahun 557 SM, lahir pula sidharta Gautama Budha di kafilabastu di kaki gunung Himalaya dan menjadi pelopor lahirnya agama budha.
Ketika islam mulai memasuki wilayah India, baik pada periode pertama masa umayyah maupun abbasiyah, karakteristik social, budaya, politik dan agama masih menunjukkan hal yang sama. Setiap daerah memiliki tokoh yang memegang otoritas wilayah dengan segenap wewenangnya.  Perlahan tapi pasti, islam menjadi agama yng banyak dianut oleh para penduduk india. Islam masuk pertama kali ke india pada abad ke 7 M yakni saat terjadinya penyerangan yang dipimpin oleh Muhammad Ibnu Qasim ke sind. Kendati pun begitu, pembentukan pemerintahan islam yang sebenarnya baru terjadi dan dimulai pada abad ke 10 M oleh dinasti Gaznawiyah yang berasal dari asia tengah. Dinasti ini berhasil membangun ibu kota pemerintahannya di Lahore pada tahun 1021, lalu ekspensi muslim ke Timur menyebabkan berdirinya kesultanan Delhi dan sumatera pada abad ke 8 M. dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perluasan wilayah islam yang terus menerus dari pemeritahan islam. Akibatnya, perkembangan kebudayaan islam pun mencapai puncaknya pada massa dinasti Mughal sehingga masyarakat muslim mendominasi wilayah india utara, seperti sind, Balukisran, Punjab, Provinsi perbatasan barat laut yang sekarang menjadi bagian Negara Pakistan.[1]
B.     Dinasti Islam India sebelum Pendirian Dinasti Mughal
Sejak zaman nabi SAW, India telah memiliki sejumlah pelabuhan sehingga terjadi interaksi antara India dengan nabi SAW. Oleh karena itu, dagang dan dakwah menyatu dalam satu kegiatan sehingga raja Kadangalur, Cheraman Perumal, memeluk agama islam dan mengganti namanya menjadi Tajuddin, dan ia sempat bertemu dengan nabi SAW. Pada zaman Umar Bin Khattab, Mughirah berusaha menaklukkan sind, tapi usahanya gagal (643-644 M). Pada zaman Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib, dikirim utusan untuk mempelajari adat istiadat dan jalan-jalan menuju India. Pada zaman Muawwiyah I, Muhammad Bin Qasim berhasil menaklukkan dan diangkat menjadi amir sind dan Punjab. Kepemimpinan di sind dan Punjab di pegang Muhammad bin Qasim setelah ia berhassil memadamkan perampokkan-perampokkan terhadap umat islam disana. Karena pertikaian internal (antara Al hajjaj dan Sulaiman), dinasti ini melemahkan dan ketika dalam keadaan lemah, dinasti ini ditaklukkan oleh dinasti Gazni.
 Pada zaman al ma’mun (khalifah dinasti bani abbas), diangkat sejumlah amir untuk memimpin daerah-daerah. Diantara yang dipercaya untuk menjadi amir adalah Asad Bin Saman untuk daerah Transoxiana. Ia diangkat menjadi amir setelah berhasil membantu khalifah Bani Abbas dalam menaklukkan Dinasti Safawi yang berpusat di Khurasan.
Dinasti Samani (874-999 M) mengangkat Alpitigin menjadi amir di khurasan. Alpitigin kemudian diganti oleh anaknya, Ishak. Ishak dikudeta oleh Balkatigin menguasai gazna dan kemudian mendirikan dinasti Ghaznawi (963-1191 M).
Dinasti Ghaznawi ditaklukkan oleh dinasti ghuri (1191 M). setelah meninggal, Muhammad Ghuri diganti oleh panglimanya, Quthbuddin Aibek (karena Muhammad Ghuri tidak memilii anak laki-laki). Quthbuthin Aibek budak yang sudah dibebaskan oleh Muhammad Ghuri menjadi sulthan sejak tahun 1206 M. Sejak itu berdirilah kesultanan Delhi. Kesultanan Delhi terdiri atas: a) Dinasti Mamluk di Delhi (1206-1290 M), b) Dinasti Khalji (1290-1320 M), c) Dinasti Tughluq (1320-1414 M), d) Dinasti Sayyid (1414-1451 M), dan e) Dinasti Lodi (1451-1526 M).[2]
Pada masa Khulafaur Rasyidin, beberapa ekspedisi ke India melaui laut. Invasi melalui laut ke India tidak berhasil, karena tentara Arab kurang ahli di laut. Invasi melalui laut selanjutnya dilarang oleh Umar Ibn Khattab.[3] Kemudian pada tahun 643-644 M, di bawah pimpinan Abdullah bin Amar Rabbi berhasil menguasai Kirman, Sizistan sampai ke Mekran untuk menyiarkan Islam dan memperluas daerah kekuasaan Islam.
Ekspansi Muslim ke India bermula pada keberhasilan penaklukan bangsa Arab atas wilayah Sind di bawah pimpinan Muhammad Ibn Qasim pada tahun 711 M. Islam tersebar semakin luas di India oleh invasi Ghaznawi, khususnya pada masa kepemimpinan Mahmud Ghaznawi 1030 M. Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa Khalifah Al-Walid I, dari dinasti Bani Umayyah. Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayyah di bawah pimpinan Muhammad Ibn Qasim.  Kaum Muslimin mengenal Daerah ini dengan sebutan Sind sejak tahun 711 M. Ketika panglima Umayyah, Muhammad bin Qasim menyerbu wilayah ini . selama tiga tahun pemerintahan Umayyah, periode Khalifah Al-Walid I menduduki daerah ini, tepatnya daerah  Indus bawah.[4]
C.    Asal Usul Dinasti Mughal
Kerajaan mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya Kerajaan Syafawi. Jadi diantara tiga kerajaan besar Islam tersebut kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di anak Benua India. Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa Khalifah Al-Walid, dari Dinasti Bani Umayyah. Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayah di bawah pimpinan Muhammad ibn Qasim.[5]
Ibrahim Lodi (cucu sulthan Lodi), sultan Delhi terakhir, memenjarakan sejumlah bangsawan yang menentangnya. Hal ini memicu pertempuran antara Ibrahim Lodi dengan Zahiruddin Babur (cucu Timur Lenk) di Panipadz (1526). Ibrahim Lodi terbunuh dan kekuasaannya berpindah ke tangan Zahiruddin Babur. Sejak itulah berdiri Dinasti Mughal (1526-1857) di India, dan Delhi dijadikan ibu kota.[6]
Shir Shah Suri (1540-1555 M). Tokoh ini mampu berkuasa di Delhi karena dapat mengalahkan Humayun (putra Babur) dalam pertemuran di Kanawj pada 1540 M. Shir Shah Suri adalah figur raja yang cakap dalam memerintah. Dalam kaitan dengan land-reform, Sultan Shir Shah Suri mengorganisirkan parganas (semacam desa-desa) sebagai satuan-satuan administratif dan mengangkat Amin bertanggung jawab menangani soal pengumpulan pajak/penaksiran penghasilan dan tugas-tugas perdata. Sementara Shiqdar mempunyai fungsi dan kekuasaan kepolisian (mengurusi soal-soal pidana).
 Sayangnya para penerus Shir Shah Suri merupakan figur raja-raja yang lemah, sehingga Humayun dari Dinasti Mughal mampu melakukan revanche (pembalasan) yang berakibat ambruknya kekuasaan Dinasti Suri dan mulailah masa imperium Mughal yang agung.
D.    Era Mughal di India.
1.      Pemerintahan Zahinuddin Babur (1526-1530).
Secara umum babur dari pendapat sejarawan dapat dikatakan bahwa Babur adalah pendiri dinasti Mughal. Babur adalah seorang Turki Chagahai yang masih memiliki hubungan darah atau keturunan Timur Lenk. Pada tahun 1500, Babur menjadi penguasa Farghanah yaitu menggantikan Ayahnya Umar mirza bin Abu Said.
Babur memiliki keinginan besar menguasai seluruh wilayah Asia tengah, namun sempat terhalang oleh kekuasaan Syaibani di Uzbekistan, bahkan pada tahun 1504 ia sempat kehilangan Farghanah. Itulah sebabnya ia kemudian menguasai Kabul. Sebagai kompensasi atas kegagalannya menguasai tanah airnya sendiri, ia menerima tawaran dari sebuah kelompok yang tidak puas terhadap Ibrahim Lodi. Sehingga pada pertempuran Panipath (1525), ia memperoleh kemenangan atas Ibrahim Lodi dan berhasil merebut Delhi.
Setelah berkuasa di wilayah Delhi, kemenangan demi kemenangan ekspansi didapatkan oleh pasukan Babur. Selanjutnya pasukan Babur dapat menguasai Gogra dan Bihar dari tangan Mahmud Lodi (saudara Ibrahim Lodi) pada 1529. Babur meninggal dunia pada tahun 1530. Konon Babur kurang menyukai India dan sering rindu kampung halamannya.[7]
2.      Pemerintahan Humayun
Humayun memerintah tahun 1530-1539 M dan 1555-1556 M. Periode pemerintahannya banyak diwarnai kerusuhan dan berbagai pemberontakan. Pada tahun 1539 M Sher Khan Suri menginvasi pemerintahan Humayun di Delhi. Pasukan Humayun hancur dan Negara dalam kondisi tak menentu sedangkan Humayun barhasil meloloskan diri dan diterima baik oleh sultan Syafawi, Shah Tahmasph.yang kemudian membantu memberinya pasukan militer sebanyak 12.000 dan kemudian terkumpul menjadi 14.000 orang. Humayun mencoba kembali merebut kekuasaannya di Delhi.
Pada tahun 1555 M ia menyerbu Delhi yang saat itu diperintah Sikandar Sur. Akhirnya ia bisa memasuki kota ini dan ia bisa memerintah kembali sampai tahun 1556 M . pada tahun 1556 M, ia meninggal dunia dan digantikan oleh putranya yang bernama Jalaludin Muhammad Akbar.
3.      Pemerintahan Akbar
Ia adalah sultan yang sangat terkenal dari dinasti ini, dan ialah yang sebenarnya menciptakan system kerajaan. Sultan Akbar terkenal dengan gagasan-gagasannya yang sangat radikal dan liberal baik dalam aspek sosial maupun pemikiran keagamaan. Masa pemerintahannya cukup berhasil dan sangat stabil bahkan wilayah-wilayah kekuasaannya semakin luas. Dasar-dasar kebijakan sosialnya dengan politik sulakhul (toleransi universal). Dengan cara ini, semua rakyat dipandang sama, meraka tidak dibedakan sama sekali oleh ketentuan agama atau lapisan sosial.
Inilah periode yang benar-benar sinkretik membumi di India, suatu usaha pemerintahan islam untuk bisa diterima di kalangan rakyat India. Sultan Akbar ingin menembus batas-batas terdalam tradisi Hinduistik dan agama-agama lain di India. Ia meninggal pada tahun 1605 M setelah menderita sakit yang cukup parah karena kawan-kawan dekatnya dibunuh oleh anaknya Jahangir, mungkin disebabkan adanya rasa cemburu yang terlalu banyak sehingga memengaruhi ayahnya.
4.      Pemerintahan Jahangir
Periode Jahangir (1605-1627M) adalah masa-masa stabil. Ia memerintah didasarkan pada pandaangan yang pragmatis dalam melihat sebuah fungsi kepemimpinan. Menurutnya kedaulatan raja adalah pemberian Tuhan. Dengan demikian, tidak begitu penting menjalankan hukum Tuhan (syariah). Yang diperlukan adalah bagaimanamemelihara kelestarian kehidupan duniawi ini, dan Tuhan memilih seorang pemimpin itu.
Ia menerapkan hukum islam hanya sebatas pada lembaga pengadilan saja seperti pada masa ayahnya, Akbar. Dalam kasus umum, hukum islam hanya berlaku bagi umat islam, sedangkan hukum kriminal berlaku bagi seluruhnya. Jahangir adalah sultan yang toleran dan sekuler serta punya kebijakan-kebijakan politik yang liberal, seperti yang di teladani dari ayahnya.
5.      Pemerintahan Syeh Jehan
Pada periode ini kondisi Negara benar-benar stabil dan mengalami puncak keemasan yang luar biasa diantara kesultanan mughal, kecuali pada pemerintahan Akbar dan setelah syekh Jehan, Aurangseb. Pada periode ini dikembangkan kembali penaklukkan wilayah sampai pada batas-batas India seperti Kandahar, Balkh, Badakhsan dan Samarkhand. Kesan-kesan keberhasilannya diwarnai dengan suksesnya menata politik kenegaraannya.
Faktor-faktor yang mendorong puncak kemajuannya adalah sebagai berikut:
a.    Syeh Jehan adalah seorang terpelajar, ia memiliki bakat kepemimpinan dan memiliki jiwa intelektual dan seni.
b.     Kondisi sosial politik sangat stabil, mewakili kondisi yang sebelumnya.
c.    Memberikan penghargaan yang luar biasa kepada para ilmuwan dan ahli seni dan bangunan.
Pada periode Syeh Jehan terutama pada akhir kekuasaannya ada dua kebijakan yang secara keseluruhan dimainkan oleh kedua putranya, Darsyikuh dan Aurangseb, Darsyikuh lebih berpikiran universal yakni lebih banyak menggunakan hukum-hukum hindu sedangkan Aurangseb lebih menekankan tradisi keislaman. Dan pada akhirnya Darsyikuh dibunuhn oleh Aurangseb dan ayahnya, sedangkan Syeh Jehan dipenjarakan. Ia mewarisi kesultanan pada tahun 1658 M.
6.      Pemerintahan Aurangzeb
Sepanjang masa pemerintahannya antara tahun 1658-1707 M, politik dan agama. Dalam penaklukan wilayah-wilayah baru keberhasilannya sangat luar biasa. Dibandingkan sultan akbar yang menguasai wilayah baru sebanyak 15 daerah, Aurangzeb bisa mencapai 21 daerah baru: 14 daerah di india utara dan 6 di daerah dekkan dan satu buiah di Afghanistan.
Ia menerapkan nilai-nilai syariah yang ketat pada pemerintahannya yang pada periode-periode sebelumnya kurang begitu diperhatikan bahkan diabaikan sama sekali. Semangat politik islamnya didasarkan pada Alquran dan Sunnah serta dukungan para ulama’ sangat kuat, tetapi dilain pihak membuat kecemburuan. Kaum muslimin menganggap ia sebagai waliullah karena pembelaanya pada nilai-nilai syariah. Hal ini menjadi dukungan spiritual politik yang luar biasa. Sebaliknya, orang yang hindu fanatik menganggap ia sebagai pemimpin yang zalim walaupun masih banyak pula kelompok non-muslim yang memberi dukungan karena keadilannya.[8]
E.     Kemajuan Yang Dicapai Dinasti Mughal
Kemajuan yang dicapai pada masa dinasti Mughal merupakan sumbangan yang berarti dalam mensyiarkan dan membangun peradaban Islam di India. Kemajuan-kemajuan tersebut antara lain:
1.         Bidang Politik dan Sosial
Akbar Khan menjalankan pemerintahan bersifat Militeristik. Pemerintah pusat dipimpin oleh raja, pemerintah daerah dipimpin oleh kepala komandan (sipah salat), dan pemerintah sub daerah dipimpin oleh komandan (faudjat). Akbar menerapkan system politik Sulh e-kul (toleransi universal), yaitu pandangan yang menyatakan bahwa derajat semua penduduk adalah sama. Akbar pun membentuk Din Ilahi dan Akbar juga mendirikan Mansabadhari (lembaga pelayanan umum) yang berkewajiban menyiapkan segala urusan kerajaan, termasuk menyiapkan sejumlah pasukan.[9]
Dimasa Akbar kerajaan tidak dijalankan dengan kekerasan, ia banyak menyatu dengan rayat, bahkan rakyat dari berbagai agama tidak dipandangnya sebagai orang lain dan dirinya pun dibuatnya menjadi orang Hindustan sejati. Dalam urusan pemerintahan, dia menyusun pentadbiran secara teratur yang jarang taranya, sehingga Inggris satu setengah abad kemudian setelah menaklukkan India, tidak dapat memilih jalan lain, hanya meneruskan administrasi sultan Akbar.
Disamping itu, pemerintahan tidak dipegangnya sendiri, tetapi diadakannya menteri-menteri. Kepada pemungut pajak diperintahkan dengan keras agar tidak memungut pajak dengan memaksa dan memeras. Didalam persoalan agama, beliau sangat toleran bagi orang yang beragama Hindu dihormati oleh akbar dan tidak dipaksa untuk memeluk agama islam. Dengan demikian, akbar adalah seorang reforman kerajaan Mughal yang telah menata pemerintahan dengan system yang lebih baik dibanding dengan kerajaan-kerajaan sebelumnya. Dibidang agama, dia adalah sebagai tokoh moderat yang memberikan kebebasan kepada pemeluknya untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinannya massing-masing.[10]
2.     Bidang Ekonomi.
Perekonomian kerajaan Mughal tertumpu pada bidang agrari, mengingat keadaan Geografi dan Geologi wilayah India. Hasil pertanian kerajaan Mughal yang terpenting ketika itu adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan celupan.
Di samping untuk kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian itu diekspor ke Eropa, Afrika, Arabia, dan Asia Tenggara bersamaan dengan hasil kerajinan, seperti pakaian tenun dan kain tipis bahan gordiyn yang banyak diproduksi di Gujarat dan Bengawan. Untuk meningkatkan produksi, Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M) mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di Surat.[11]
3.         Bidang Seni dan Arsitektur
Karya seni yang paling menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun bahasa India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayadi seorang satrawan sufi yang menghasilkan karya besar yang berjudul padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia. Karya seni yang dapat dinikmati seka rang merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa Akbar dibangun istana Fatpur disikri, vila dan masjid yang indah. Pada zaman Syah Jehan, dibangun masjid berlapiskan mutiara dan taj mahal di Aqra, masjid raya Delhi di istana indah, Lahore.
Gedung-gedung sejarah yang ditinggalkan peri ode ini (abad 17) adalah taj mahal di Aqra, benteng merah, jama masjid, istana-istana, dan gedung-gedung pemerintahan di Delhi. Sultan-sultan Mughal juga mendirikan makam-makam yang indah.[12]
Pada tahun 1631 M, Syah Jehan membangun Taj Mahal untuk mengenang istrinya itu. Bangunan Taj Mahal adalah puncak dari arsitektur imperium Mughal, semua bahan tersebut terbuat dari batu marmer, sangat indah dan monumental. Bangunan yang berfungsi sebagai makam (simbolik) ini terletak di kota Agra.
4.         Bidang Ilmu Pengetahuan
Dinasti Mughal juga banyak memberikan sumbangan dibidang di bidang ilmu pengetahuan. Sejak berdiri, banyak ilmuwan yang dating ke India untuk menuntut ilmu pengetahuan. Bahkan istana Mughal pun menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Hal ini karena adanya dukungan dari penguasa dan bangsawan serta ulama. Aurangzeb misalnya, memberikan sejumlah besar uang dan tanah untuk membangun pusat pendidikan di Lucknow.
Di tiap-tiap masjid memiliki lembaga ingkat dasar yang dikelola oleh seorang guru. Pada masa Syah Jehan didirikan sebuah pergurua tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintah dipegang oleh Aurangzeb. Dibidang ilmu agama berhasil dikodifikasika hokum islam yang dikenal dengan sebutan Fatwa-I-Alamgri.[13]
F.     Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Mughal
Bahadur Syah menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi perebutan antara putra-putra Bahadur Syah. Jehandar dimenangkan dalam persaingan tersebut dan sekaligus dinobatkan sebagai raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar adalah yang paling lemah di antara putra Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh Muhammad Fahrukh Siyar, keponakannya sendiri. Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1713, Fahrukh Siyar keluar sebagai pemenang. Ia menduduki tahta kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang raja meninggal terbunuh oleh komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali. Keduanya kemudian mengangkat Muhammad Syah (1719-1748). Ia kemudian dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadzir Syah. Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan kekuasaan ini selain memperlemah kerajaan juga membuat pemerintahan pusat tidak terurus secara baik. akibatnya pemerintahan daerah berupaya untuk melepaskan loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat.
Pada masa pemerintahan Syah Alam (1760-1806) Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam kekuasaan Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagai sultan.
Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam, memberikan konsesi kepada EIC untuk mengembangkan perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak perusahaan Inggris harus menjamin penghidupan raja dan keluarga istana. Kehadiran EIC menjadi awal masuknya pengaruh Inggris di India.
Bahadur Syah (1837-1858) pengganti Akbar II menentang isi perjanjian yang telah disepakati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan pihak Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan Mughal diusir dari istana pada tahun (1885 M). Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India.
Demikianlah, setelah Aurangzeb (1707), tahta kerajaan diduduki raja-raja yang lemah. Sementara itu dipertengahan abad ke-18, Inggris sudah mulai menancapkan kukunya di India. Pada 1761 Inggris menguasai sebagian wilayah kerajaan. Pada 1803 Delhi dikuasai dan penguasa Mughal berada di bawah pengaruh Inggris. Pada 1857 penguasa Mughal mencoba membebaskan diri dari penjajahan Inggris, tetapi ia dapat dikalahkan. Pada 1858, Bahadur II, raja Mughal yang terakhir itu diusir Inggris dari istananya.
Kelemahan Mughal menjadi sebab makin leluasanya Inggris memperluas wilayah jajahan. Pada masa pemerintahan Akbar II terjadi konsesi antara Mughal dan EIC. Inggirs bebas mengembangkan usahanya dan sebagai imbalannya Inggris memberikan jaminan kehidupan raja dan keluarga istana. Sejak itu kedudukan raja tak ubahnya seorang pensiunan Inggris yang tidak punya kekuasaan sedikitpun.
Puncak kekuasaan Inggris diraih ada tahun 1857 ketika kerajaan Mughal benar-benar jatuh dan rajanya terakhir, Bahadur Syah diusir ke Rangun (1858). Inggris juga berusaha menguasai Afghanistan (1879) dan kesultanan Muslim Balucistan juga ditaklukan (1899). Dengan demikian, imperialisme Inggris telah merata di seluruh anak benua India.
Banyak faktor penyebab kemunduran dan kehancurannya, antara lain:
1.      Perebutan kekuasaan antara keluarga. Hampir semua keturunan Babur umumnya memiliki watak yang keras dan ambisius sebagai keturunan Ttimur Lenk yang juga wataknya demikian.
2.      Pemberontakan oleh umat hindu. Umat hindu yang mayoritas dan umat Islam yang minoritas tapi memegang otoritas kekuasaan. Hal ini menimbulkan ketidaksenangan sebagian garis keras orang-orang hindu kepada pemerintahan Islam. Pemberontakan-pemberontakan dari pihak hindu beberapa kali terjadi seperti yang dipimpin oleh Hemu di Delhi dan Agra masa Akbar I, pemberontakan yang dipimpin oleh guru Tegh Bahadur di masa Aurangzeb, Pemberontakan di Panipat yang dipimpin oleh Raja Udaipur, dll.
3.      Serangan dari kerajaan atau kekuatan luar. Serangan pihak luar semula dilakukan oleh Raja Safawi di Persia, kemudian dari Afghanistan. Pangkal perselisihan antara Mughal dan Safawi karena rebutan daerah Kandahar.
4.      Kelemahan Ekonomi. Kemunduran politik Mughal sangat menguntungkan bangsa-bangsa Barat untuk menguasai jalur perdagangan. Akhirnya terjadilah persaingan dagang di pantai selatan India antara Inggris, Portugis, Belanda dan Perancis, yang dimenangkan Inggris. Selanjutnya Inggris melalui Persyarikatan Dagang India Timur atau The East India Company (EIC) menguasai perdagangan India.
5.      Intervensi Politik dan Militer dari kekuatan imperialis Barat. Konflik laten antara kekuasaan Islam dengan umat hindu dimanfaatkan oleh Barat dengan melakukan politik devide et impera.
6.      Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
7.      Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
8.      Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya
9.      Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.[14]

















BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Pada zaman Nabi SAW. Islam masuk ke India melalui perdagangan di kota-kota pesisir pantai barat dan selatan. Pada waktu itu kondisi sosial dan politik India sedang rapuh dengan terjadinya penindasan kaum kasta Brahmana terhadap kasta yang lebih rendah dan orang-orang Budha juga terjadinya perebutan kekuasaan di antara raja-raja Hindu. Hubungan politik antara Arab dan India sedang rapuh. Dalam kondisi demikian pasukan Islam di bawah pimpinan Muhammad bin Qasim datang membawa harapan bagi keselamatan orang-orang yang tertindas. Sejak saat itu agama Islam tersiar di India baik melalui jalur laut dan jalur darat. Pergerakan pasukan Islam ke India terus berlangsung sampai terbentuknya Kerajaan Islam.
1.      Islam telah mewariskan dan memberi pengayaan terhadap khazanah kebudayaan India. Dimana keberadaan kerajaan ini telah menjadi motivasi kebangkitan baru bagi peradaban tua di anak benua India yang hampir tenggelam
2.      Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali muncul.
3.      Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal telah memberi inspirasi bagi perkembangan peradaban dunia baik politik, ekonomi, budaya dan sebagainya. Misalnya, politik toleransi (sulakhul), system pengelolaan pajak, seni arsitektur dan sebagainya.
4.      Kerajaan Mughal telah berhasil membentuk sebuah kosmopolitan Islam-India daripada membentuk sebuah kultur Muslim secara eksklusif.
5.      Kemunduran suatu peradaban tidak lepas dari lemahnya kontrol dari elit penguasa, dukungan rakyat dan kuatnya sistem keamanan. Karena itu masuknya kekuatan asing dengan bentuk apapun perlu diwaspadai.
B.     Saran
Dengan penjelasan yang sudah dipaparkan diatas, saran kami adalah selaku umat muslim hendaknya meneliti sejarah-sejrah peradaban islam terdahulu agar dapat mengokohkan kebenaran  islam
DAFTAR PUSTAKA
Karim, Abdul.  sejarah pemikiran dan Peradaban Islam ,Tt. Th.
Ahmed, Akbar S. Citra Muslim Tinjauan Sejarah dan Sosiologi, terjemahan Nunding Ram dan Ramli Yakub Jakarta : Erlangga, 1992.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007.
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam Bandung: Pustaka Setia Bandung, 2008.
Mubarak, DR. Jaih.  Sejarah Peradaban Islam Bandung, Pustaka Bani Quraisy, 2004.
http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/06/peradaban-islam-pada-masa-kerajaan.html
Ratu Suntiah dan Maslani, Sejarah Peradaban Islam Bandung, CV. Insan Mandiri, 2010.



[1] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia Bandung, 2008), hlm. 300-301.
[2] DR. Jaih Mubarak, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), hlm. 136-137
[3] Abdul Karim, sejarah pemikiran dan Peradaban Islam ,tt. Th.  hlm. 256.
[4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), hlm. 145.
[5] Ibid. Hlm. 261.
[6] Ratu Suntiah dan Maslani, Sejarah Peradaban Islam (Bandung, CV. Insan Mandiri, 2010) hal.145
[7] Akbar S. Ahmed, Citra Muslim Tinjauan Sejarah dan Sosiologi, terjemahan Nunding Ram dan Ramli Yakub (Jakarta : Erlangga, 1992), hlm. 81-82.
[8] http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/06/peradaban-islam-pada-masa-kerajaan.html
[9] Ratu Suntiah dan Maslani, Sejarah Peradaban Islam (Bandung, CV. Insan Mandiri, 2010) hlm.146
[10] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia Bandung, 2008), hlm. 261-262
[11] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007), hlm.150
[12] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia Bandung, 2008), hlm. 262-263
[14] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), hlm.160-163

Tidak ada komentar:

Posting Komentar