Senin, 24 April 2017

murabahah



MURABAHAH
Disusun Untuk Memenuhi Mata kuliah TELA’AH TEKS ARAB
Dosen Pengampu :Bpk.Ahmad Zayyadus Zabidi










Disusun Oleh:
Lailatur Rohmah (18201502040053)
Nila Prasmawati  (18201502040077)
Riri Yunita Wulandari (18201502040091)
Sofia (18201502040099)
Winniyatus Sholehah (18201502040112)
KELAS A




PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
JURUSAN SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
TAHUN AKADEMIK 2015-2016



KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Selawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad Saw. Penulis bersyukur kepada Ilahi Rabbi karena telah diberi hidayah serta taufik-Nya sehingga selesailah makalah yang berjudul “Murabahah” dalam mata kuliah Telaah Teks Arab.
Materi makalah ini telah disesuaikan dengan berbagai rujukan yang ada yang terkait dengan akhlak tersebut dan telah disesuaikan dengan materi matakuliah jenjang lanjut.
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami secara mendalam dan sedetail-detailnya setelahnya diharapkan mampu mengamalkan semua yang dipahami dari Murabahah di berbagai sendi-sendi kehidupan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu diharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan bagi masyarakat umumnya.






Pamekasan, 27 April 2016




Penulis            



DAFTAR ISI

HALAMAN AWAL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BABI : PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah................................................................................................. 1
BAB II. PEMBAHASAN
A.  Pengertian Murabahah...................................................................................... 2
B.  Dalilsurat An-Nisa’ 29............................................................................... ...... 2
C.  Terjemah Ayat........................................................................................... ...... 3
D.  Makna Mufradat…………………………………………………................... 3
E.   Munasabah Ayat……………………………………………………............... 4
F.Azbabun Nuzul…………………………………………………….................. 4
G.  Tafsir Ayat…………………………………………………………................ 5
H.  Kandungan Hukum.......................................................................................... 5
BAB III. PENUTUP
A.  Kesimpulan.…………...............................................................................        7
B.  Saran………………..................................................................................        7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 8





BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang universal sebagai pedoman yang mengatur segala aspek kehidupan manusia, pada garis besarnya menyangkut dua bagian pokok, yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah adalah menghambakan diri kepada Allah Swt dengan menaati segala perintah-nya dan menjauhi segala larangannya. Sedangkan muamalah ialah kegatan-kegiatan yang menyangkut antar manusia yang meliputi aspek ekonomi, politik dan sosial. Untuk kegiatan muamalah yang menyangkut aspek ekonomi seperti jual beli, simpan pinjam, hutang piutang, usaha bersama dan lain sebagainya. Adapun bentuk-bentuk jual beli yang telah dibahas oleh para ulama’ dalam fiqih muamalah islamiyah terbilang sangat banyak. Jumlahnya bisa mencapai belasan atau puluhan.
Demikian, dari sekian banyak itu, ada salah satu jenis jual beli yang telah banyak dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syari’ah, yaitu Bai’ al-murabahah atau jual beli murabahah.

B.       Rumusan Masalah
·         Apa pengertian Bai’ Murabahah ?
·         Apa pengertian Bai’ salam?
·         Apa pengertian Bai’ istisna’?

C.      Tujuan Masalah
·         Untuk mengetahui pengertian Bai’ Murabahah
·         Untuk mengetahui pengertian Bai’ salam
·         Untuk mengetahui pengertian Bai’ istisna’
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Murabahah
Sesungguhnya  dari bentuk akad jual beli yang dibahas para ulama dalam fiqh muamalah islamiah terbilang sangat banyak. Dari sekian banyak itu ada Tiga  jenis jual beli yang telah banyak dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah, yaitu bai’ al-murabahah, bai’ as-salam, dan bai’ al-istisna’.[1]
Bai’ al-Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam al-murabahah, penjual harus membari tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan dan penambahannya.[2]
  Bai’ as-salam adalah transaksi jual beli dimana barang belum diserahkan (belum ada). Sedangkan pembayaran dilakukan dimuka (secara tunai). Ini disebut juga jual beli pesanan.[3]
Bai’ al-istisna’ adalah kontrak penjualan antar pembeli dan pembuat barang.dalam kontrak ini pembuat barang menerima pesanan dari pembeli.
Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli.[4]

B.  Dalil Surat An-Nisa’ ayat 29

ياا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

 

 

C.  Terjemah Ayat
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.[5]

D.  Makna Mufradat
Mufradat
Makna
ياا أَيُّهَا
Wahai
الَّذِينَ
Orang-orang yang
آَمَنُوا
Beriman
لَا تَأْكُلُوا
Janganlah kalian memakan
أَمْوَالَكُمْ
Hartakarun
بَيْنَكُمْ
Diantara kalian
بِالْبَاطِلِ
Dengancarabathil
إِلَّا
Kecuali
أَنْ
Bahwa
تَكُونَ
Menjadi
تِجَارَةً
Perniagaan
عَنْ تَرَاضٍ
Dari dasarsukasamasuka
مِنْكُمْ
Diantara kalian
وَلَا تَقْتُلُوا
Dan janganlah kalian membunuh
أَنْفُسَكُمْ
Diri kalian sendiri
إِنَّ اللَّهَ
Sesungguhnya Allah
كَانَ
Dia
بِكُمْ
Kepada kalian
رَحِيمًا
Mahapenyayang[6]
E.  MunasabahAyat
Dalam pembahasan QS.An-nisa’ ayat 29 diterangkan bahwa Allah melarang manusia yang saling memakan harta sesama dengan jalan yang  batil (tidak benar) kecuali dalam perdagangan atas dasar suka sama suka. Dan didalam QS.Al-baqarah ayat 188 juga menerangkan bahwa Allah melarang setiap orang yang memakan harta orang lain dengan jalan yang batil dan menyuap harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan dosa, padahal kamu mengetahui.[7]
 Berikut adalah firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 188:
وَلاَ تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُواْ بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُواْ فَرِيقاً مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan janganlah (saling) memakanharta di antara kalian dengan (cara yang) batildan (jangan pula) membawa (urusanharta) itukepada hakim (untuk kalian menangkan) dengan (cara) dosa agar kalian dapatmemakansebahagianharta orang lain, padahal kalian mengetahui”.[8]
F.   Asbab al-Nuzul
Menurut riwayat Ibnu Jarir ayat ini turun dikarenakan masyarakat Arab pada saat itu memakan harta sesamanya dengan cara yang bathil, mencari keuntungan dengan cara yang tidak sah dan melakukan bermacam-macam tipu daya yang seakan-akan sesuai dengan hukum Syari’at. Misalnya sebagaimana digambarkan oleh Ibnu Abbas. Menurut riwayat Ibnu Jarir seorang membeli dari kawannya sehelai baju dengan syarat bila ia tidak menyukainya dapat mengembalikannya dengan tambahan satu dirham di atas harga pembeliannya. Padahal seharusnya jual beli hendaklah dilakukan dengan rela dan suka sama suka tanpa harus menipu sesame muslimnya.[9]

G. Tafsir Ayat
Allah SWT melarang hamba-hambaNya yang mukmin memakan harta sesamanya dengan cara yang bathil dan cara-cara mencari keuntungan yang tidak sah dan melanggar syari’at seperti Riba, perjudian yang serupa dengan itu dari macam-macam tipu daya yang tampak seakan-akan sesuai dengan hukum syari’at, tetapi Allah mengetahui bahwa apa yang dilakukan itu hanya suatu tipu muslihat dari si pelaku untuk menghindari ketentuan hukum yang telah digariskan oleh syari’at Allah. Misalnya sebagaimana digambarkan oleh Ibnu Abbas s.r. menurut riwayat Ibnu Jarir seorang membeli dari kawannya sehelai baju dengan syarat bila ia tidak menyukainya dapat mengembalikannya dengan tambahan satu dirham diatas harga pembeliannya. Allah mengecualikan dari larangan ini pencarian harta dengan jalan perniagaan yang dilakukan atas dasar suka sama suka oleh kedua belah pihak yang bersangkutan. Berdasarkan pada ayat ini, Imam Syafi’I berpendapat bahwa jual beli tidak sah menurut syari’at melainkan jika disertai dengan kata-kata yang menandakan persetujuan, sedang menurut imam malik, Abu Hanifah dan Imam Ahmad cukup dengan dilakukannya serah terima barang yang bersangkutan. Karena perbuatan yang demikian itu sudah dapat menandakan persetujuan dan suka sama suka.[10]

H.    Kandungan Hukum
Hukum Bai’ Murabahah dengan pelaksanaan janji yang tidak mengikat (Ghairu al-Mulzaam).[11] Kemudian bentuk kedua dari dengan pelaksanaan janji yang tidak mengikat ada dua:[12]
1.      Pelaksanaan janji tidak mengikat tanpa ada penentuan nilai keuntungan dimuka. Hal ini yang rojih adalah boleh dalam pendapat madzhab Hanafiyah, Malikiyah dan Syafi’iyah. Hal itu karena tidak ada dalam bentuk ini ikatan kewajiban menyempurnakan janji untuk bertransaksi atau penggantian ganti kerugian. Seandainya barang tersebut hilang atau rusak maka nasabah tidak menanggungnya. Sehingga lembaga keuangan tersebut bersepekulasi dalam pembelian barang dan tidak yakin nasabah akan membelinya dengan memberikan keuntungan kepadanya. Seandainya salah satu dari keduanya berpaling dari keinginannya maka tidak ada ikatan kewajiban dan tidak ada satupun akibat yang ditanggungnya.
2.      Pelaksanaan janji tidak mengikat dengan adanya penentuan nilai keuntungan yang akan diberikannya, maka ini dilarang karena masuk dalam kategori al-’Inah sebagaimana disampaikan Ibnu Rusyd dalam kitabnya al-Muqaddimah dan inilah yang dirojihkan Syeikh Bakr Abu Zaid.
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.    Bai’ al-Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam al-murabahah, penjual harus membari tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan dan penambahannya.
2.    Bai’ as-salam adalah transaksi jual beli dimana barang belum diserahkan (belum ada ). Sedangkan pembayaran dilakukan dimuka (secara tunai). Ini disebut juga jual beli pesanan.
3.    Bai’ al-istisna’ adalah kontrak penjualan antar pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini pembuat barang menerima pesanan dari pembeli.

B.       Saran
Dalam penyusunan makalah ini mungkin terdapat kesalahan dalam penulisan dan sajian yang terkandung di dalamnya, maka dari itu kami sebagai penyusun makalah mohon maaf apabila pembaca tidak merasa puas dengan hasil yang kami sajikan. Kritik dan saran juga kami harapkan untuk menambah kajian untuk memperbaiki penulisan makalah kami. Pada akhirnya kami harapkan agar makalah TELA’AH TEKS ARAB ini menjadi bermanfaat dan berkah bagi segenap kalangan civitas akademika STAIN Pamekasan dan masyarakat luas pada umumnya.

C.       
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Atang Abd. Fiqh Perbankan Syari’ah. (Bandung; Refika Aditama. 2011).
Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. (Jakarata; Raja Grafindo Persada.2013).
Kementrian Agama RI,  AlQur’an dan terjemah, (Bandung: Semesta Al-Qur’an. 2013).


[1]Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. (Jakarata; Raja Grafindo Persada,2013),hlm 101.
[4]Adimarwan, Bank Islam. hlm,113.
[5]Kementrian Agama RI, AlQur’an dan terjemah,(Bandung:Semesta Al-Qur’an,2013),hlm,83.
[6] Ibid. ,hlm,79
[8] Kementrian Agama RI, AlQur’an dan terjemah.
[10]Ibid.
[11]Abd atang  hakim. Fiqh Perbankan Syari’ah. (Bandung; RefikaAditama. 2011).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar